top of page

Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dalam view (via) Visi Merah Putih (VMP)


​
oleh Kun Nurachadijat
 

Ada pepatah "There are many ways to Rome" begitu juga pendekatan untuk memahami Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Saya melihat apapun metode pendekatannya baik Skriptualisme, Empirisme, filsafat Islam maupun Metafisika Islam tidak ada persoalan asalkan ia harus tetap memahami-Nya tidak personifikatif atau anthromorformisme karena selama ini, alih alih pake filsafat atau Metafisika untuk ber-NDP tapi tetap saja memahami Tauhidnya laksana suatu sosok nan angker yang bersinggasana di langit ke tujuh, dengan di tangan kanannya membagi-bagikan pahala sedangkan di tangan yang lainnya menggenggam pecut bagi siapapun yang tidak patuh padanya. Sangat jauh dengan Tauhid yang dipahami oleh Bang Ahmad Wahib (Alm) yang awalnya sempat menghebohkan Menteri Agama Ali Muktie tapi kemudian akhirnya disadarinya bahwa pergulatan Wahib itu mengandung suatu kebenaran prinsipil yang kelak justru sang menteri itu sendiri mendukungnya.Ini terjadi lebih dari 40 tahun silam.
Ini diawali secara sains atau Quran kauniyah atau empiris oleh Harun Yahya bahwa sebelum terjadinya Alam Raya ini, keadaan sebelumnya adalah alam ~ (ksosng tidak ada batas) alias alam Achadijat. Bahkan bila dilihat secara empirisme ini, Sehingga langit yang selama ini dipahami berlapis macam kue lapis, gugur sudah bahkan yang lebih merindingkan bulu roma. Tuhan itu sendiri menurut empirisme itu tidak ada,bukan?!
Sedangkan di ayat Kauliyah (Quran terwahyu) atau skriptualis bahwa keberadaan langit memang seperti kue lapis tujuh tumpuk adanya. Dan Allah SWT itu tidak ada awal dan tidak ada akhir.
Lalu kita memihak Kauniyah/Empiris atau  Kauliyah/kitab terwahyukan kepada Rasul?! Karena kedua-duanya meimiliki kekuatan, disisi lain sebagai insan akademis maka cara pandang empirisme (ILMU) mutlak harus kader HMI miliki namun di sisi ekstrem lainnya sebagai penganut ajaran muslim jalur Nabi Muhammad apalagi diperkuat juga oelh salah satu syair Himne HMInya itu sendiri yakni "Turut Quran & hadits jalan keselamatan" (IMAN), maka baik ILMU maupun IMAN keduanya itu tidak bisa dipisahkan. Agar Islam bangkit kembali menjadi Islam pembebas tercerahkan laksana deburan ombak samudera yang menggelegar bukan seperti apa yang rosul sempat ramalkan bahwa "kelak diakhir jaman umat akan banyak tetapi hanya laksana buih belaka". Maka sebagai pemantik agar Islam itu berapi lagi, maka IMAN & ILMU harus diekuilibriumkan/diseimbangkan dalam bahasa matematis Venn, ILMU & IMAN itu harus diiriskan satu sama lainnya. Dengan demikian, dalam NDP HMI harus disekularisasikan/empirisasikan atau dibumikan. Ini berakibat dasar dasr kepercayaan yang selama ini dipahami secara makna terang berubah menjadi perumpamaan atau sebaliknya. Misal, pengertian langit berlapis hingga tujuh itu yang selama ini berlapis tidak ubahnya seperti makanan tradisional di pulau Jawa yakni kue lapis, setelah adanya irisan antara ILMU dengan IMAN maka pemahaman langit seperti kue lapis itu sontak berubah dari makna terang menjadi makna perumpamaan/ Konotatif or Mutasyabihat. Dan tidak hanya itu,yang sangat lebih memberdayakan umat adalah dipemahaman Tauhid, keberadaan Allah di Arsy yang selama inii makna terang berubah menjadi makna kiasan/mutasyabihat, namun makna keberadaan-Nya "ada di hati", "dimana-mana" dan "lebih dekat dari urat leher" yang selama ini malah dimaknai secara kiasan dengan kombinasi ILMU & IMAN ini menjadi makna yang terang atau denotasi. Tauhid menjadi IMANEN TRANSENDEN, Maha Meliputi dan AHAD bukan wahid lagi!
Singkatnya, Kemunduran Islam selama ini -menurut VMP- akibat pemahaman prinsip-prinsip Dasar Islam bahkan prinsip yang "sakral"nya dalam bertauhid itu ada dua:
1. "Hanya" tertukarnya antara mana yang konotatif/perumpamaan dengan mana yang denotatif/sebenarnya atau sebaliknya.
2. Keberadaan Allah SWT dipahami hanya yang di Arsy  nya saja, sedangkan yang berada di hati, dimana-mana apalagi yang lebih dekat dari urat leher malah dengan gegabah diabaikan.Saya menyebutnya data yang terkorupsi atau "corrupted files of Tauhid. Dengan demikian lahirlah fenomena "HOMONIMISASI" Tauhid dikalangan Umat Islam, tulisan Allah SWT sama, pengucapan sama namun karena tertukar makna dan apalagi mengalami "corrupted file" maka pemahaman umat atas Tauhid menjadi berbeda-beda.

Visi Merah Putih (VMP) -via Shifting Paradigmanya 4 Tahap itu- melihat bahwa Al Quran terwahyu kepada rasul adalah Mega bahkan Billion "Zipped Files" dari Semesta Raya. Bila file-nya  utuh maka ketika ia diekstrak kembali ke semesta maka akan berkesesuaian dengan Al Quran Kauniyah/empiris. Pemahaman prinsip-prinsip dasar keprcayaan tidak lagi mitologis/spongebobian, pemahaman  malaikat tidak  lagi seperti (maaf) Pamela Anderson yang bersayap dengan tongkat berujung bintang di tangan kanan serta sejengkal di atas ubun-ubunnya ada halo yang menyerupai lingkaran.
Jadi eksplorasilah ia untuk membuktikan bekerjanya Hukum-hukum-Nya. Lalu alokasikanlah sumber daya di dalamnya satu sama lain agar bermanfaat sebesar-besarnya untuk semua.
Rukun Islam dan Iman adalah tools agar semua Hukum itu berlaku bahkan melayani kita. Dengan syarat kita harus berserah diri full. Bukti bahwa Sembahyang adalah demi berfungsinya Hukum-Hukum itu untuk kita (selain mencegah perbuatan Keji dan Mungkar) adalah dengan adanya komitmen "Sholatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanya untuk-Mu" di setiap Iftitah yang dibaca (terserah mau 5 waktu or 3 waktu). Ini menunjukkan kepada kita, benar adanya bahwa  musuh besar umat adalah selfish alias egosentrisme. Ia apabila menempel pada motif kita dalam membuat keputusan maka keputusan or amal kita pun senantiasa akan bersimbiosis Parasitisme alias ada yang dizhalimi. Dan ini adalah DOSA.
Di sisi lain, bila kita senantiasa konsisten dengan Rukun Islam sehingga tidak lagi bersikap mental Selfish or Egosentrisme(Nafs) maka kita justru akan dilayani oleh Hukum-Hukum-Nya itu -Perang terbesar adalah memerangi Hawa Nafs, sedangkan musuh Ajaran Tauhid adalah Iblis maka diperoleh persamaan: Egoisme=Iblis.
Sehingga apabila manusia sudah tidak atau terlemahkan iblisnya, secara otomatis keputusan atau amal yang bernilai tambahlah or bermanfaat bagi diri, sesama dan semestalah yang akan dihasilkan.
Dengan demikian ketika Tauhid dipahami secara ilmiah ini, maka 'keinginan' Allah SWT yang berupa 'menyembah'-Nya yang selama ini seolah Allah SWT menghendaki umat seperti membungkuk ke arah matahari, tidak lain "menyembah-Ku" itu adalah "memberi Kemanfaatan/nilai tambah bagi sesama manusia itu sendiri (baca: Nilai Tambah/membuat bahagia) bagi diri, sesama dan Semesta.
Singkatnya
1."Menyembah-Ku" / "Mengabdi kepada-Ku" adalah Memberi Kebahagiaan/Manfaat atau Nilai Tambah.
2. SELFISH/EGOISME/Egosentrisme = IBLIS
3. SIMBIOSIS PARASITISME=DOSA
4. SIMBIOSIS MUTUALISME=MENGABDI KEPADA-KU
Semuanya akan resiprokal dengan sikap mental Bersyukur dan Ikhlas. Ikhlas didefinisikan sebagai sikap mental yang sadar akan fungsi sebagai wakil-Nya sehingga akan BERSERAH DIRI kepada KEBENARAN (atas bekerjanya Hukum-Hukum Alam (Hukum Sebab Akibat, Tuai, Kekekalan Energi dan Attractiveness) kepada kita. Itulah mengapa rata-rata usia kenabian itu setelah mencapai 40 tahun. Ini diasumsikan bahwa durasi waktu tersebut sudah seharusnya dapat membuktikan dan bahkan bersaksi bahwa Hukum-hukum Alam itu memang benar-benar ada dan bekerja. Psikolog kerap sebut sebagai umur Psikologis. Sehingga lagi-lagi klop dengan bait pertama lagu Himne HMI. "Bersyukur dan Ikhlas"
Ingatkah Nubuat Nabi Yunus ketika beliau tercaplok Ikan Paus? Beliau ketika di dalam perut Ikan tersebut dalam doanya tiada mempersalahkan siapapun or apapun, Nabi Yunus malah menekankan bahwa kezhaliman yang ia alami itu adalah murni disebabkan oleh kezhaliman yang beliau lakukan kepada dirinya sendiri. Semua adalah "Apa Yang Ditanam dan Apa Yang dipetik" atau "What You Sow So Will You Reap". Pepatah yang berulang kali ditulis di buku "Ayat-ayat Cinta". Padahal dari stylenya, penulis buku tersebut aliran Islam transnasional. Ironis sekali.
Sikap mental positif tersebut komisariat Psikoikologi bilang adalah Sikap Mental "Locus Control Internal". Sehingga para peserta LK tidak lagi harus ikut pelatihan Motivasi dan "The Secret" apapun lagi. Karena itu semua memang sudah termaktub di Al Quran apapun Mushafnya. Jadi NDP ini akan menjadi wahana pemersatu pula bagi HMI Dipo dan MPO bahkan Sunni dan Syiah sekalipun.
Cara pandang di atas mungkin bagi yang menyepakati NDP Nurcholis Madjid (Alm) dkk akan tidak asing lagi.karena cara pandang NDP tersebut kebetulan banyak sejalannya dengan hasil elaborasi Metode VMP. Namun metodologi VMP menggiring kita tiba pada kesimpulan yang 'serupa tapi tidak sama' dengan NDP lama tersebut HANYA menggunakan pelajaran SMA kelas 3 ke bawah. Memang, sebagai konsekuensi dari perrevitalisasian dan penginterkorelasian Ilmu-Ilmu dasar di Sekolah Menengah itu maka filsafat juga mau tidak mau akan terbawa-bawa juga meskipun hanya seperlunya saja. Karena ia adalah Induk dari semua Ilmu.
Jadi apa kontribusi nyata VMP terhadap NDP?
Sekali lagi, karena NDP via VMP memberi penegasan bahwa "Menyembah-Ku" tidak lain adalah "Nilai Tambah" atau Simbiosis Mutualisme/rahmat bagi alam, maka materi NDP tidak akan berlama-lama lagi di Bab 1, pembahasan NDP akan segera menjelajah bab-bab berikutnya ke kemudaratan dari Sistem Kapitalisme, mengapa Bunga Bank haram serta "perang primordial" melawan Dajjal yang sejatinya Dajjal bukan seekor makhluk diakhir jaman yang bermata satu seperti Isa Daud urai dalam buku "Berdialog Dengan Jin". Karena Jin yang Jahat untuk bermata satu tidak perlu repot-repot menunggu akhir jaman. Mau bermata 12 juga sekaligus dari jaman Nabi Sulaimanpun bisa. Namun Dajjal di mata VMP lebih bersifat Ideologis.
Hal ini secara otomatis akan men-drive kesadaran heroisme para peserta LK1 sontak berubah menjadi Petarung Islam yang Intelek seperti Moch Iqbal, M.Arqoun, ALi Syariati, Ibn Khaldun, Imam Gozhali, Murtadho Muthahari dsb.
Hal ini diperkuat dengan -sekali lagi- pandangan Rosul bahwa di akhir jaman kelak umat Islam akan berjumlah sangat banyak tapi hanya laksana buih di samudra. Melalui NDP kita akan "Menjunjung Tinggi Syiar Islam" tapi yang ilmiah tentunya. Maka dapat dipastikan ISLAM BUIH AKAN MENJADI GELOMBANG SAMUDRA KEMBALI seperti 14 abad silam. Dengan demikian HMI tidak hanya akan segera menjadi Harapan Masyarakat Indonesia tapi juga Harapan Masyarakat Dunia seperti apa yang Panglima Besar Soedirman dulu pernah visikan

Untuk berkenalan lebih jauh, apa itu Metodololgi Visi Merah Putih:
http://www.facebook.com/group.php?gid=208282300164

  • w-facebook
  • w-tbird
  • w-flickr
bottom of page